Skip to Content

Pemikiran Filosofis Paulo Freire terhadap Persoalan Pendidikan dan Relevansinya dengan Program MBKM

April 1, 2023 by
Hayana

oleh Musdalifa Ibrahim (Alumni Tadris Matematika IAIN Parepare)

OPINI--- Sebelum saya memberikan analisa terkait dengan konsep pendidikan Paulo Freire terhadap persoalan pendidikan, saya ingin memaparkan terkait dengan hakikat merdeka. Secara ideal, merdeka ialah kebebasan jiwa dan raga yang sinkron dengan nilai dan norma, bukan bebas sesukanya. Merdeka memiliki nilai yang mampu dijadikan sebagai teladan bagi orang lain. Merdeka juga diartikan sebagai hak, tetapi terdapat kewajiban yang harus dipenuhi. 

Gagasan Paulo Freire perihal konsep pendidikan yang membebaskan relevan dengan konsep merdeka belajar yang digagas oleh Sang Mendikbud dan Dikti Nadiem Anwar Makariem.
 
Paulo Freire adalah tokoh pendidikan yang sangat kontroversial. Ia mengajukan gugatan pada sistem pendidikan yang sudah mapan pada masyarakat Brazil. Menurut Freire, sistem pendidikan kala itu sama sekali tidak menguntungkan anggota masyarakat yang kurang mampu, melainkan mengasingkan mereka. Selain itu, pendidikan berfungsi sebagai instrumen penindasan oleh pemerintah. Oleh karena itu, sistem seperti ini harus dihapuskan serta digantikan menggunakan sistem pendidikan yang baru. Sebagai tindak lanjut atas kritik tajam tersebut, Freire mengusulkan sistem pendidikan alternatif yang relevan bagi mereka yang kurang mampu dan tersisih. Kritikan serta pendidikan alternatif yang ditawarkan Freire itu menarik digunakan untuk menganalisa problem pendidikan di Indonesia. 

Individu (peserta didik) dimasukkan ke dalam topik yang lebih mengedepankan dialog atau diskusi dalam konsepsi pendidikan Freire. Konsep pendidikan yang membebaskan yang dikemukakan Freire sejalan dengan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk mendobrak pendidikan “gaya bank” yaitu menggunakan alternatif metode hadap masalah. Pendekatan ini lebih dialogis karena memperlakukan peserta didik sebagai subjek yang merdeka untuk memutuskan hal yang mereka inginkan.

Terkait dengan pendidikan “gaya bank”, dalam bentuk pendidikan ini, guru mentransfer ilmu dalam benak peserta didik yang dianggap kosong atau bodoh, seperti kita menyimpan uang di rekening bank (kosong). Ini sebabnya, Freire menyebut model pendidikan ini 'pendidikan perbankan'. Freire mengkritik model pendidikan ini karena hal tersebut membuat peserta didik menjadi objek pasif. Dia berpendapat bahwa tujuan 'pendidikan perbankan' adalah untuk mendemobilisasi orang-orang dalam pembentukan kekuasaan yang ada dengan mengondisikan mereka untuk menerima status quo budaya, sosial, politik dari budaya dominan. 

Dalam model pendidikan perbankan, pengetahuan/ pendidikan dipandang sebagai hadiah yang diberikan kepada peserta didik oleh guru yang menganggap peserta didik sebagai marginal, bodoh, dan kurang kreatif. Freire berpendapat bahwa pembelajaran konvensional adalah alat elit karena memperlakukan siswa sebagai objek pengetahuan "disimpan”. 
Pembelajaran bagi Freire, hanya dapat dicapai melalui pengalaman hidup, refleksi kritis dan praksis. Pendidikan perbankan bukanlah metode pengajaran yang terbaik; peserta didik harus diizinkan untuk berpartisipasi dan juga memunculkan hal yang telah dipelajari dari lingkungan mereka dan pengalamannya. 

Bagi Freire, pendidikan otentik selalu merupakan "praktik kebebasan" daripada penanaman keterampilan yang mengasingkan. Pengetahuan sejati, menurut Freire, muncul hanya melalui kegelisahan, ketidaksabaran, melanjutkan, penuh harapan, penyelidikan kritis dengan orang lain tentang hubungan mereka dengan dunia. Oleh karena itu, dia menganjurkan bahwa alih-alih peserta didik menerima, mengisi, dan menyimpan simpanan yang dibuat oleh pendidik, peserta didik harus diizinkan untuk mengembangkan praksis, cara hidup inventif yang mendorong refleksi yang bebas, kreatif, dan tindakan bijaksana untuk mengubah dunia. 

Sejalan dengan hal itu, saat ini muncullah istilah “kampus merdeka”, yang berusaha untuk meningkatkan kompetensi lulusan baik dari segi soft skill, maupun hard skill sehingga mereka lebih siap untuk memenuhi tuntutan dunia modern menjadi pemimpin yang unggul di masa depan. Untuk memberikan kebebasan kepada mahasiswa memilih bagian tertentu dari pertumbuhannya sesuai dengan kerja sama mitra yang telah diselenggarakan oleh program pemerintah, maka hadirlah “Merdeka Belajar Kampus Merdeka”. Program ini dicanangkan untuk memberikan kesempatan baru kepada mahasiswa dalam menemukan preferensi mereka berdasarkan kualitas dan minat, untuk meningkatkan motivasi mahasiswa, dan untuk mengembangkan alumni menjadi anggota masyarakat yang produktif. 

Tujuan utama pendidikan tinggi adalah membantu mahasiswa mencapai potensinya yang maksimal sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, berdikari, terampil, kompeten, dan berbudaya dalam rangka menghasilkan lulusan yang ahli dalam bidang studinya. Selain itu, tujuan perguruan tinggi adalah produksi ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai kemanusiaan agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, kemajuan peradaban, dan kesejahteraan umat manusia di masa depan; Ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengabdi pada kepentingan nasional dan meningkatkan daya saing bangsa. Kampus merdeka sangat mendukung tujuan dari perguruan tinggi.


Dari konsep Pendidikan Paulo Freire dan program “Merdeka Belajar Kampus Merdeka” yang dicanangkan Nadiem, jelas memiliki persamaan dalam ciri-ciri maupun tujuannya. Hal tersebut, dapat dipandang bahwa pendidikan menurut Paulo Freire menekankan pembelajar diberi kesempatan untuk menciptakan sendiri pengetahuan atau keterampilan yang dimilikinya. Begitupun konsep belajar merdeka, peserta didik juga diberi kesempatan untuk mengeksplore diri. Konsep Pendidikan Paulo Freire serta merdeka belajar bisa membentuk karakter yang bertanggung jawab serta berdikari. 


Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berangkat dari harapan supaya hasil pendidikan membentuk kualitas yang lebih baik. Tidak lagi membentuk mahasiswa yang hanya mahir dalam hal menghafal saja, tetapi juga mempunyai kemampuan analisis yang tajam, penalaran, serta pemahaman yang komprehensif.

Hayana April 1, 2023
BAGIKAN POSTINGAN ini
Tags
Archive