Tausyiah Ramadhan; “Mati adalah Konsekuensi dari Sebuah Kehidupan”
Humas IAIN Parepare — Ustas Sirajuddin, Pustakawan Senior IAIN Parepare memberikan ceramah tausyiah Ramadhan yang digelar secara rutin pada meeting ASN via daring. Salah satu penggiat literasi di kota Parepare ini membawakan tausyiah tentang kematian. Selasa, 12/5/2020. “Sebagai bentuk refleksi terhadap pandemi corona yang sedang dihadapi dunia hari ini, saya mencoba mengangkat sebuah judul tausyiah yaitu “mati adalah konsekuensi dari sebuah kehidupan,” paparnya.
Anwar, S.Ag., Kepala TU LP2M saat menjadi moderator pada acara tausyiah
“Kematian adalah keniscayaan. Tidak satu jiwa pun mampu menghindarinya. Sedikit sekali yang mau menerimanya. Semua orang merasa sangat berat meninggalkan hidup ini. Semua pasti berkata dalam hatinya seperti ucapan Chairil Anwar, “aku ingin hidup seribu tahun lagi.” Ustas Sirajuddin pun mengutip ayat al- Quran yang menggambarkan keengganan manusia terhadap kematian dalam surah al -Baqarah ayat 96 yang berbunyi;
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ ٱلنَّاسِ عَلَىٰ حَيَوٰةٍ وَمِنَ ٱلَّذِينَ أَشْرَكُوا۟ ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِۦ مِنَ ٱلْعَذَابِ أَن يُعَمَّرَ ۗ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا يَعْمَلُونَ
Artinya : Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia) bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik, masing-masing mereka ingin agar diberi umur 1000 tahun, padahal umur panjang itu sekali kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah maha mengetahui apa yang mereka kerjakan
Menurut ustas Sirajuddin, Manusia selalu menginginkan kekekalan. Keinginan hidup kekal ini antara lain disebabkan umur manusia tidak sepanjang harapan dan cita-citanya “Semua orang mati membawa keinginannya karena keinginan manusia tidak pernah berakhir. Kalau ini terpenuhi muncul yang lain yang lebih mendesak. Keinginan hidup kekal inilah, lanjut ustas Sirajuddin, yang digunakan iblis untuk menipu adam dan pasangannya sehingga mereka berdua memakan buah khuldi (pohon kekekalan).
“Ada ungkapan Arab yang menempel di benak saya,” papar alumni ilmu perpustakaan ini, yaitu “Segala sesuatu yang pasti akan terjadi berarti dekat” kematian adalah suatu kepastian, maka mati adalah dekat, bahkan lebih dekat dari kemungkinan kamu jadi orang kaya atau jadi sarjana misalnya. Dia pun membacakan firman Allah dalam surah al- Waqiah ayat 60 ;
نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ ٱلْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ
Artinya : “Kami telah menentukan kematian diantara kamu dan kami sekali kali tidak dapat dikalahkan”.
Pada akhir tausyiahnya, ustas Sirajuddin menceritakan kisah persahabatan nabi Ya’kub dengan Malaikat Maut. Suatu hari malaikat maut menemui sahabatnya tersebut. Nabi Ya’kub pun berkata “Jika kamu benar-benar bersahabat denganku, maka katakanlah kebenaran kepadaku”. Mendengar itu, malaikat maut bertanya : “apa maksudmu sahabatku?’. Nabi Ya’kub berkata “Jika ajalku sudah dekat, maka jujurlah kepadaku”.
“Beberapa tahun kemudian malaikat maut datang. Nabi Ya’qub bertanya, apakah kamu datang hanya sekedar berkunjung atau kedatanganmu untuk mencabut nyawaku? Malaikat maut menjawab, kedatanganku kali ini untuk mencabut nyawamu. Nabi Ya’kub terkejut “kenapa tidak satu pun utusanmu datang kepadaku menyampaikan berita kematianku? Mana utusan yang kamu janjikan akan datang padaku?” kata nabi Ya’kub dengan nada marah kepada sahabatnya”.
Malaikat maut menjawab, “aku telah mengutusnya padamau.” Nabi Ya’qub berkata “tidak ada satu pun yang datang menemuiku”. Malaikat maut menjawab “utusanku itu telah datang kepadamu ”. Nabi Ya’qub bingung dan bertanya, “bagaimana dan kapan?” Malaikat maut menjawab: “ Utusan itu ada pada dirimu sendiri, yaitu ;
“Pertama, sekarang rambutmu telah beruban padahal sebelumnya rambutmu hitam. Kedua, tubuhmu menjadi lemah, padahal sebelumnya tubuhmu kuat. Ketiga, tubuhmu menjadi bungkuk padahal sebelumnya tubuhmu tegak”.