Skip ke Konten

Spirit Hardiknas : Belajar dari Covid 19

2 Mei 2020 oleh
Hayana

Spirit Hardiknas : Belajar dari Covid 19

Oleh : Sirajuddin*

OPINI — Hari Pendidikan Nasional, disingkat HARDIKNAS, adalah hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan di Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa, diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya. (Wikipedia).

Dikutip dari berbagai sumber, Ki Hadjar Dewantara merupakan pelopor berdirinya Perguruan Taman Siswa yang akhirnya menjadi cikal-bakal berdirinya lembaga pendidikan di Indonesia.

Taman siswa yang didirikan pada 3 Juli 1922 setelah kepulangannya dari pengasingan di Belanda. Taman ini didedikasikan untuk orang-orag pribumi agar bisa mengenyam pendidikan, dan pendidikan formal adalah hal sulit bagi kaum pribumi pada masa penjajahan belanda waktu itu.

Sebagai penulis, wartawan dan aktivis muda, Ki Hadjar Dewantara tidak segan mengumbar kritikan pedas pada Pemerintah Hindia Belanda yang konon 350 tahun pernah bercokol di Indonesia.

Pendidikan saat ini

Pandemi Corona bertransmisi menyentuh paruh pendidikan di masa ini, kita tidak lagi menemukan murid sekolah, guru, berkejaran dengan bel sekolah, koridor dan kantin kampus tidak lagi jadi ajang ngotot getol beradu argumen sesama civitas kampus.

Seremoni menyambut Hardiknas yang digelar dengan beragam, kibaran bendera upacara dan derap kaki pengibar bendera. Gema lomba pidato kini bungkam lesu semua berubah dibatasi oleh PSBB dan karantina diri mengikuti protokol aman.

“Belajar memang tidak selalu mudah, tetapi inilah saatnya kita berinovasi, saatnya kita melakukan berbagai eksperimen. Inilah saatnya kita mendengarkan hati nurani dan belajar dari Covid-19,” pesan Mendikbud Nadiem Makarim pada upacara bendera peringatan Hardiknas secara virtual (2/5/2020).

Menyadari bahwa pendidikan bukan hanya dilakukan di dalam kelas berjejer pada sandaran bangku, tapi bisa dilakukan di tempat merujuk Filsafat stoikisme yang didirikan oleh seseorang bernama Zeno, yang hidup pada 335-263 SM.

Zeno mengajarkan bahwa manusia harus memperoleh kedamaian diri. Cara terbaik untuk memperoleh kedamaian adalah hidup sederhana, orang juga tak boleh berlebihan dalam menginginkan sesuatu, dan harus bahagia dengan apa yang dia miliki. Ini, menurut Zeno, dapat menjadikan hidup lebih bahagia. (Wikibuku).

Roh pendidikan ada pada filosofi yang pada dasarnya membangun kebersamaan, persaudaraan, kekeluargaan, dan gotong-royong antara pendidik, orang tua dan anak didik.

Menukil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), fakta di lapangan bahwa; proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) disebut minim interaksi, mayoritas guru dan murid hanya berinteraksi saat memberikan tugas saja sebanya 79,9% dari sekitar 1.700 siswa responden. Masih berdasarkan survei yang sama disebutkan, hanya 8% guru yang sudah terbiasa dengan metode pembelajaran jarak jauh.

Hal Positif di Masa Pandemi.

Hal positif bisa kita temukan di masa-masa karantina diri, mengambil hikmah spirit Hardiknas dari Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang dikenal dengan Ki Hajar Dewantara, dengan philosophy.

Ing ngarso sang tulodo (di depan memberi contoh), Ing madyo mangun karso, (di tengah membangun karya), Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan) diperankan oleh keluarga dalam membimbing anak mereka.

Menerapkan home schooling dengan berperan layaknya guru, memberi contoh. Membangun karya, membimbing dan menciptakan suasana ruang kelas di rumah meskipun akan banyak ketidak nyamanan dan harus melakukan adaptasi.

“Jangan lupa ini semua masa adaptasi. Guru lagi belajar, orang tua lagi belajar bagaimana meng-handle anaknya dalam rumah, murid pun melakukan adaptasi. Dari kementerian kita pun sedang belajar,” kata Nadiem dalam konferensi pers daring, Rabu (15/4/2020).

Perubahan rutinitas ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua yang harus bekerja tetapi di saat yang bersamaan harus menemani bermain dan membantu anak belajar.

Nadiem juga mengatakan bahwa kondisi krisis saat ini adalah kesempatan untuk melakukan eksperimen. Salah satunya adalah dengan memberi fleksibilitas sekolah terkait menggunakan dana BOS. Pada masa darurat Covid-19, dana BOS boleh digunakan untuk membeli pulsa internet bagi siswa dan guru.

Work from Home (WFH) dan physical distancing (pembatasan jarak dengan orang lain) kini telah menjadi rutinitas baru karena adanya imbauan dari pemerintah untuk memberhentikan seluruh aktivitas perkantoran demi mencegah penyebaran virus COVID-19. (*)

*Penulis adalah Pustakawan IAIN Parepare


di dalam Opini
Hayana 2 Mei 2020
BAGIKAN POSTINGAN ini
Label
Arsip