Moderasi Beragama sangat urgen bagi mahasiswa agar bisa mengimplementasikan keberagamaan secara moderat tidak ekstrim kanan maupun ekstrim kiri, apalagi problematika kekinian melalui media sosial yang sangat masif dalam upaya memberikan narasi yang menyerang pemerintah atau menentang moderasi beragama. Melihat hal ini, Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare mengadakan pelatihan moderasi beragama bagi mahasiswa.
Pelatihan ini menghadirkan perwakilan dari masing-masing Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), Fakultas, Organisasi Mahasiswa, Ma'had Al-Jamiah, Forum Riset dan Karya Ilmiah Mahasiswa (Forkim). Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Rektor II IAIN Parepare Firman, Wakil Rektor III M. Kamal Zubair, Ketua LP2M M. Ali Rusdi, Sekertaris LP2M Haramain, Kepala Pusat dalam lingkup LP2M. Kegiatan ini dilaksakan di Perpustakaan Lantai 5 IAIN Parepare berlangsung selama 3 hari, Senin-Rabu (07-09/08/2023)
Ketua LP2M dalam sambutannya menyampaikan tujuan dilaksanakannya pelatihan moderasi ini memberikan wawasan baru bagi mahasiswa pengetahuan seputar moderasi beragama. "Setelah kegiatan ini kami harapkan apa yang didapatkan mahasiswa dalam pelatihan ini juga ikut bisa di sampaikan kepada antar sesama mahasiswa ataupun dimasyarakat luar nantinya" Ujarnya.
M. Ali Rusdi mengharapkan kegiatan moderasi ini bisa melahirkan tulisan dari kalangan mahasiswa. Baik dalam bentuk narasi maupun opini yang terkait moderasi beragama, ini bertujuan agar bisa di baca oleh masyarakat luas.
"Kepala Pusat Moderasi harus melakukan sindikasi media sosial, ada website khusus terkait moderasi beragama agar bisa mengumpulkan materi, tulisan ataupun konten terkait moderasi beragama. Dengan langkah ini diharapkan bisa menangkal pemahaman-pemahaman ekstrim yang tersebar di tengah masyarakat" Tuturnya.
Wakil Rektor 2 berharap peserta pelatihan moderasi beragama bagi mahasiswa ini bisa memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, dalam menangkal segala bentuk pemikirian yang pemahaman yang liberal radikal dan ekstrim. "Mahasiswa tentu memiliki pemikiran yang intelektual sehingga dapat menyebarkan ilmu dan pengetahuan yang di dapatkan dalam pelatihan moderasi beragama dan tentunya membantu dalam menangkal pemikiran yang ekstrim" Tutupnya (fzs/)