Oleh: H. Muhammad Saleh (Dosen IAIN Parepare)
May Day dan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) adalah dua peristiwa yang memiliki dampak yang signifikan dalam konteks sosial, politik, dan ekonomi di banyak negara, termasuk Indonesia. May Day yang jatuh pada tanggal 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh Internasional yang memperingati perjuangan gerakan buruh untuk hak-hak pekerja. Sementara itu, Hardiknas yang diperingati setiap tanggal 2 Mei merupakan hari yang menghargai peran penting pendidikan dalam pembangunan bangsa.
Dalam konteks pendidikan tinggi di Indonesia, tantangan May Day dan Hardiknas tidak bisa diabaikan. Terlebih lagi, bagi perguruan tinggi keagamaan Islam, tantangan ini memiliki dimensi yang lebih kompleks karena harus mengakomodasi prinsip-prinsip agama dalam konteks dunia kerja dan pendidikan nasional yang sekuler. Artikel ini akan menggali bagaimana perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia menghadapi dua tantangan besar ini, dan bagaimana mereka merespons tema May Day dan Hardiknas tahun 2024.
May Day secara historis telah menjadi panggung untuk menyuarakan hak-hak pekerja, termasuk upah yang layak, kondisi kerja yang adil, dan perlindungan terhadap pekerja. Bagi perguruan tinggi keagamaan Islam, tantangan ini memunculkan pertanyaan etis tentang bagaimana prinsip-prinsip Islam, seperti keadilan sosial dan keberpihakan kepada yang lemah, dapat diintegrasikan ke dalam pendidikan dan praktik kerja.
Salah satu refleksi yang penting adalah pentingnya membangun kesadaran sosial di kalangan mahasiswa tentang isu-isu buruh dan hak-hak pekerja. Perguruan tinggi keagamaan Islam harus memastikan bahwa kurikulum mereka tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga membahas isu-isu sosial yang relevan, termasuk perjuangan pekerja.
Selain itu, perguruan tinggi keagamaan Islam juga dapat berperan sebagai mediator antara pekerja dan pemerintah atau pengusaha dalam menyelesaikan konflik yang berkaitan dengan hak-hak pekerja. Mereka dapat mengedepankan nilai-nilai keadilan dan perdamaian dalam menyelesaikan konflik tersebut, sejalan dengan ajaran Islam tentang penyelesaian konflik.
Perguruan tinggi keagamaan Islam memiliki peran penting dalam mengantarkan pemahaman tentang tema May Day "Kerja Bersama Mewujudkan Pekerja/Buruh yang Berkompeten" dengan tema Hardiknas "Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar". Pertama, mereka dapat memfasilitasi integrasi nilai-nilai agama dalam kurikulum dan pembelajaran keterampilan praktis yang dibutuhkan oleh pekerja/buruh. Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang holistik, di mana pengetahuan agama dan keterampilan praktis dapat disatukan untuk membentuk individu yang kompeten secara profesional dan moral. Kedua, perguruan tinggi keagamaan Islam dapat berperan dalam menyediakan pendidikan yang berkelanjutan, sesuai dengan tema Hardiknas "Merdeka Belajar". Mereka dapat mengembangkan program-program pendidikan non-formal, pelatihan keterampilan, dan kursus yang dapat diakses secara fleksibel oleh pekerja/buruh untuk meningkatkan kompetensi mereka sepanjang masa kerja. Dengan demikian, perguruan tinggi memberikan kesempatan bagi pekerja/buruh untuk terus belajar dan berkembang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang berubah. Ketiga, perguruan tinggi keagamaan Islam juga memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi kolaborasi dan solidaritas di antara pekerja/buruh, sejalan dengan tema May Day. Mereka dapat menyediakan platform untuk pertukaran pengalaman, diskusi isu-isu pekerjaan, dan pembentukan jaringan kerja yang kuat. Ini tidak hanya memperkuat ikatan antar pekerja/buruh, tetapi juga memberikan dukungan sosial yang penting dalam menghadapi tantangan di tempat kerja. Dengan demikian, perguruan tinggi keagamaan Islam tidak hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial yang memperjuangkan kesejahteraan dan keadilan bagi semua.
Salah satu refleksi yang penting adalah bagaimana perguruan tinggi keagamaan Islam dapat memastikan bahwa pendidikan yang mereka berikan tidak hanya memperkuat identitas keagamaan mahasiswa, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan tuntutan pasar kerja. Hal ini mengharuskan perguruan tinggi untuk terus melakukan penyesuaian terhadap kurikulum mereka sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.
Perguruan tinggi keagamaan Islam juga dihadapkan pada tantangan untuk memastikan bahwa pendidikan yang mereka berikan tidak mengisolasi mahasiswa dari realitas sosial, politik, dan ekonomi yang ada. Mereka harus mampu membuka ruang diskusi dan refleksi yang kritis tentang isu-isu kontemporer, termasuk isu-isu yang relevan dengan May Day seperti ketimpangan ekonomi dan sosial.
Tema May Day "Kerja Bersama Mewujudkan Pekerja/Buruh yang Kompeten" menyoroti pentingnya kolaborasi di antara pekerja/buruh untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi mereka di tempat kerja. Di sisi lain, tema Hardiknas "Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar" menekankan pentingnya kesinambungan dalam pendidikan dan peran masyarakat dalam mendukung proses belajar yang mandiri. Dalam konteks ini, peran perguruan tinggi keagamaan Islam menjadi krusial dalam menghubungkan kedua tema ini dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam memajukan kesejahteraan pekerja/buruh serta pembangunan pendidikan nasional yang inklusif. Untuk itu perguruan tinggi dapat melakukan langkah-langkah:
- Pendidikan yang Holistik: Perguruan tinggi keagamaan Islam dapat mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan pembelajaran keterampilan praktis yang dibutuhkan oleh pekerja/buruh. Ini tidak hanya mencakup aspek akademis, tetapi juga pembentukan karakter, kepemimpinan, dan etika kerja yang didasarkan pada ajaran agama.
2. Pelatihan Keterampilan: Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, seperti pelatihan teknis, manajemen waktu, dan komunikasi yang efektif. Ini membantu meningkatkan kompetensi pekerja/buruh dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompleks.
3.Pengembangan Program Pengabdian Masyarakat: Perguruan tinggi dapat memanfaatkan tema Hardiknas dengan mengembangkan program pengabdian masyarakat yang fokus pada pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi pekerja/buruh di komunitas sekitar. Ini dapat mencakup penyediaan kursus pendidikan non-formal, pelatihan keterampilan gratis, atau bantuan dalam memfasilitasi akses pekerja/buruh ke program-program pendidikan yang relevan.
4. Kolaborasi dengan Industri dan Pemerintah: Perguruan tinggi dapat menjalin kemitraan dengan industri dan pemerintah untuk mendukung implementasi program-program ini. Kerja sama ini memungkinkan perguruan tinggi untuk mengakses sumber daya tambahan, fasilitas pelatihan, dan peluang kerja bagi lulusan mereka, sambil memastikan bahwa kurikulum dan program pendidikan mereka sesuai dengan tuntutan pasar kerja.
5. Mendorong Keterlibatan Komunitas: Perguruan tinggi dapat mengadakan acara sosial, seminar, atau lokakarya yang melibatkan pekerja/buruh, organisasi buruh, dan pemangku kepentingan lainnya. Ini membantu membangun solidaritas di antara semua pihak, meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan pelatihan keterampilan, serta memperkuat dukungan masyarakat terhadap upaya memajukan kesejahteraan bersama.
6. Dengan mengambil langkah-langkah ini, perguruan tinggi dapat memainkan peran yang aktif dalam mengimplementasikan tema May Day dan Hardiknas, sambil membantu mempersiapkan pekerja/buruh yang kompeten dan mendorong kesinambungan pendidikan bagi semua lapisan masyarakat. Dengan mengambil langkah-langkah ini, perguruan tinggi keagamaan Islam dapat lebih efektif dalam menghadapi tantangan May Day dan Hardiknas, sambil memainkan peran yang lebih aktif dalam memajukan kesejahteraan bersama dan pembangunan bangsa.
7. Demikian pula dengan Tema "Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar" dalam konteks Hardiknas mencerminkan pentingnya kolaborasi dan kesinambungan dalam pembangunan pendidikan nasional. Konsep "link and match" dapat digunakan untuk mengaitkan tema ini dengan upaya perguruan tinggi keagamaan Islam dalam menghadapi tantangan May Day dan memperkuat peran mereka dalam memajukan kesejahteraan bersama, dengan melakukan langkah-langkah:
- Kolaborasi dengan Pemerintah dan Industri: Perguruan tinggi dapat menggunakan konsep "link" dengan menjalin kerja sama dengan pemerintah dan industri untuk mengidentifikasi kebutuhan pasar kerja dan mengintegrasikannya ke dalam kurikulum pendidikan. Melalui kerja sama ini, perguruan tinggi dapat memastikan bahwa program-program pendidikan mereka relevan dengan tuntutan pasar kerja dan memberikan mahasiswa keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses di dunia kerja.
- Kesinambungan Pendidikan: Konsep "match" dapat diterapkan dengan memastikan bahwa pendidikan yang diberikan oleh perguruan tinggi berkelanjutan dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Ini dapat dilakukan melalui pengembangan program-program pendidikan yang inklusif dan berbasis teknologi yang memungkinkan akses pendidikan yang lebih luas bagi masyarakat, termasuk masyarakat yang kurang mampu.
-Peningkatan Kualitas Pendidikan: Perguruan tinggi juga dapat menggunakan konsep "link and match" untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang mereka berikan. Melalui kerja sama dengan lembaga pendidikan lainnya dan pemerintah, perguruan tinggi dapat memperkuat program pengajaran mereka, mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan memastikan bahwa mahasiswa memiliki akses ke pendidikan yang bermutu.
- Pemberdayaan Komunitas: Konsep "link and match" juga dapat diterapkan dalam upaya pemberdayaan komunitas. Perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan komunitas lokal untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, dan mengembangkan program-program pengabdian masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi mereka. Melalui kerja sama ini, perguruan tinggi dapat memainkan peran yang lebih aktif dalam membangun kesatuan dan kesejahteraan bersama, sejalan dengan tema Hardiknas "Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar".
Dengan menggunakan konsep "link and match" ini, perguruan tinggi keagamaan Islam dapat lebih efektif dalam menghadapi tantangan May Day dan memperkuat peran mereka dalam memajukan kesejahteraan bersama, sambil tetap berpegang pada prinsip-prinsip agama dan nilai-nilai keadilan sosial.
Melalui refleksi ini, perguruan tinggi keagamaan Islam dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam membangun kesatuan dan kesejahteraan bersama, sekaligus memberikan kontribusi nyata dalam memajukan agenda pendidikan nasional yang inklusif dan inovatif.
Sebagai penutup, perguruan tinggi keagamaan Islam memiliki peran penting dalam menghadapi tantangan May Day dan Hardiknas dengan menggunakan pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan tema "Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar" sebagai panduan, perguruan tinggi dapat memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak, meningkatkan kualitas pendidikan, dan memberdayakan komunitas, sambil tetap mengakar pada nilai-nilai agama dan keadilan sosial. Melalui upaya bersama ini, perguruan tinggi keagamaan Islam dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam memajukan kesejahteraan bersama dan pembangunan bangsa.
Semoga bermanfaat
Wassalam