Narasumber di SMP Negeri 4 Parepare, Sirajuddin; Perpustakaan adalah Jantung Pendidikan
Humas IAIN Parepare — Kepala Perpustakaan IAIN Parepare, Sirajuddin, S.Pd.I., S.I.P., M.Pd. menjadi narasumber pada kegiatan Penguatan Literasi Sekolah yang diselenggarakan oleh UPT. SMP Negeri 4 Parepare, Selasa (4/10/2022). Kegiatan ini dirangkaikan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antar perpustakaan lembaga.
Kepala Perpustakaan IAIN Parepare menjadi narasumber bersama Rektor UMPAR Dr. H. M. Natsir, M.Pd., Kepala Dinas Perpustakaan Kota Parepare Muh. Anwar Amir, S. STP., M.Si, Ketua Asosiasi Tenaga Perpustakaan Seluruh Indonesia (ATPUSI) Kota Parepare Muh. Imran, S.Pd. dalam acara yang dihadiri oleh guru dan sejumlah tenaga kepustakaan sekolah.
Dalam materinya, Sirajuddin menyampaikan penguatan literasi dan konsep dasar pengembangan perpustakaan. Mengutip definisi UNESCO, Sirajuddin mengemukakan, membaca sebagai bagian penting dari dunia literasi.
“Seberapa sering dan seberapa banyak buku yang kita baca dalam sehari. Idealnya, kita sebagai guru, pustakawan atau pemustaka minimal membaca tujuh judul buku pertahun,” ungkapnya.
Sirajuddin sempat mengkonfirmasi tingkat bacaan guru-guru yang hadir. “Apakah Bapak Ibu membaca buku setiap hari?,” tanyanya.
“Tidak pak,” kata beberapa guru secara bersamaan. Pengakuan guru-guru tersebut, tentu saja tidak mengagetkan. Berdasarkan data yang dirilis Kemendagri RI melalui www.perpustakaan.kemendagri.go.id, tingkat literasi Indonesia berada pada ranking 62 dari 70 negara tahun 2021.
Sirajuddin yang menjabat sebagai Kepala Perpustakaan mengapresiasi kegiatan SMP Negeri 4 Parepare sebagai giat literasi yang urgen dilaksanakan oleh sekolah. Menurutnya, penguatan literasi harus mulai dan dibangun dari sekolah. Adanya penunjukan siswa sebagai raja dan ratu baca di SMP Negeri 4 ini merupakan ide yang kreatif dan berdampak positif pada giat literasi di sekolah.
Sirajuddin mengungkapkan membaca buku sangat penting untuk memperdalam pengetahuan, memperluas wawasan dan melalui buku pula seseorang bisa menjelajahi dunia.
“Saya sudah bisa menjelajahi Afghanistan, meski belum pernah ke sana. Melalui buku, saya bisa mengenal baik negara wilayah itu. Seperti apa keadaannya di sana? Meskipun kita hanya di rumah,” lanjutnya.
“Di sinilah pentingnya perpustakaan bagi lembaga pendidikan. Saya mengibaratkan perpustakaan itu sebagai jantung dari sebuah lembaga pendidikan. Jika perpustakaan tidak berdetak, berarti lembaga pendidikan itu sudah mati,” papar Sirajuddin dengan serius.
“Jadi saya menganalogikan guru dan pustakawan sebagai pembuluh darah sementara darahnya adalah siswa atau pemustaka. Agar jantung berdetak, maka guru dan tenaga perpustakaan harus bergerak agar siswa bisa keluar masuk ke perpustakaan,” katanya.
Pada akhir materinya, Kepala Perpustakaan IAIN Parepare tersebut tidak lupa memberikan tips kepada kepala dan tenaga perpustakaan dalam pengembangan perpustakaannya di sekolah. Penjelasan Sirajuddin yang disampaikan secara lugas ini disimak secara serius oleh peserta. Mereka terkadang manggut-manggut tanda memahami penjelasan pemateri. (shm/tin)